Senin, 19 September 2016

Gagal itu Biasa, Teruslah Berusaha




Gagal dalam usaha itu biasa. Setiap orang yang memulai usaha biasanya memang gagal dulu. Dari kegagalan itulah, dia belajar banyak hal untuk bangkit lagi. Kita harus menyadari bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya, tetapi justru awal dari sebuah perjuangan untuk meraih kesuksesan.

Bukankah kita sering mendengar nasehat bijak yang mengatakan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Karena itu, jangan menghitung berapa banyak kita gagal, tetapi hitunglah seberapa kuat kita untuk bangkit lagi setelah terjatuh.

Kegagalan adalah sebuah investasi. Ada pembelajaran di dalamnya untuk mengintrospeksi kekurangan dan kesalahan, untuk kemudian membenahi dan memperbaiki serta bangkit lagi. Ada semangat dan tekad untuk terus mengembangkan dan memacu potensi diri. Tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa kegagalan. Karena, sejatinya kegagalan itu tidak pernah ada. Yang ada adalah kita belum menemukan jalan yang benar.

Thomas Alfa Edison harus mengalami ribuan kali kegagalan sebelum berhasil menemukan lampu pijar. Ketika ia ditanya, “Mengapa Anda tetap bersemangat untuk melakukan percobaan, padahal telah mengalami ribuan kali kegagalan?” Thomas Alfa Edison menjawab, “Saya tidak pernah mengalami kegagalan  satu kalipun, tetapi saya hanya belum menemukan cara yang benar. Setelah ribuan kali mencoba, barulah saya mengetahui cara yang benar.”

Karena itu, jangan pernah menyerah dan terkalahkan oleh kegagalan. Jika kesuksesan itu harus ditebus dengan 100 kali kegagalan, berarti semakin sering kita gagal, semakin dekat kita dengan kesuksesan. Akan tetapi,  masalahnya adalah kita tidak tahu berapa kali harus gagal sebelum berhasil meraih kesuksesan. Karena itu, tidak ada jalan lain, ketika gagal, bangkit. Saat jatuh, bangun sampai kita meraih kesuksesan yang didambakan. Inilah yang kebanyakan orang tidak menyadarinya. Mereka menyerah justru ketika semakin dekat dengan kesuksesan.

Kita harus yakin bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6 menyatakan, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan (al-‘usr) ada kemudahan (yusran). Sungguh, bersama kesulitan (al-‘usr) ada kemudahan (yusran).” (QS. Al-Insyirah [94]: 5 – 6). Kata al-‘usr (kesulitan) pada dua ayat tadi menggunakan alif lam ma’rifat, sedangkan kata yusran tidak menggunakan alif lam ma’rifat. Ini bermakna kesulitan pada ayat lima dengan kesulitan pada ayat enam adalah kesulitan yang sama. Sedangkan, kemudahan pada ayat lima berbeda dengan kemudahan pada ayat enam. Itu artinya, bersama satu kesulitan terdapat banyak kemudahan.

Bersama seratus kegagalan ada seratus keberhasilan. Tinggal pilih mana dulu yang ingin kita alami. Gagal dulu atau berhasil dulu? Yang paling logis adalah habiskan kegagalan untuk meraih kesuksesan sejati. Tugas kita adalah terus berusaha tak kenal lelah dan putus asa. Maka, Allah akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi kita. Ini adalah jaminan Allah. YAKIN!sumber klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar